Rabu, 19 Maret 2008

SIAPAKAH MANUSIA DALAM PERSPEKTIF AGAMA KATOLIK*)

Oleh : Ir. Norbert Ama Ngongu,MP**)

  1. AWAL PENCIPTAAN MANUSIA
    Manusia diciptakan sangat istimewa oleh Allah, yaitu menurut gambar Allah sendiri. Dengan demikian, manusia adalah makluk ciptaan termulia, paling sempurna dan paling berharga dibandingkan dengan ciptaan-ciptaan Tuhan lainnya.

    “Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan dicptakan-Nya mereka.” (Kej 1: 27).
  2. TUJUAN PENCIPTAAN MANUSIA
    Tujuan penciptaan manusia adalah untuk :
    1. Menyembah, memuji dan memuliaan Tuhan:

    ….dan ia berseru dengan suara nyaring: “Takutlah akan Allah dan muliakanlah Dia, karena telah tiba saat pengahkiman-Nya, dan sembahlah Dia yang telah menjadikan langit dan bumi dan laut dan semua mata air.”( Wahyu 14: 7 ).

    2. Beranak cucu memenuhi muka bumi dan menaklukkan bumi(alam semesta) serta segala isinya.

    Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: “Beranak cuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.”( Kejadian 1: 28 ).
  3. HUBUNGAN MANUSIA DENGAN ALLAH
    Manusia diciptakan untuk menjadi kesayangan Allah. Karena “Allah adalah Kasih ( 1 Yohanes 4: 16 ), maka walaupun manusia pertama Adam dan Hawa telah jatuh dalam dosa, namun Allah tetap mengasihi manusia, Allah sungguh menginginkan hubungan yang akrab lagi dengan manusia seperti sebelum jatuh dalam dosa, asalkan manusia mau bertobat dari dosa-dosanya sebagaimana ditunjukkan dalam ayat-ayat berikut :

    Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakanya, Aku tidak akan melupakan engkau. Lihat Aku telah melukiskan engkau ditelapak tangan-Ku; tembok-tembokmu tetap di ruang mata-Ku. ( Yesaya 49; 14-16)

    “Dengarkanlah Aku, hai kamu keturunan Yakup, hai semua orang yang masih tinggal dari keturunan Israel, hai orang-orang yang Kudukung sejak dari kandungan, hai orang-orang yang Kujunjung sejak dari rahim. Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu.”( Yes 46: 3-4 ).

    Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. ( Yoh 3: 16).

    Dan kepada pihak manusia Allah menetapkan hukum yang pertama dan terutama yang harus dilaksanakan oleh manusia yang terkenal dengan nama hukum kasih :

    Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu, dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu ( Ulangan 6: 5).

    Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu, dan dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.”( Matius 22: 37-38)
  4. HUBUNGAN MANUSIA DENGAN SESAMANYA
    Allah menetapkan hukum yang kedua yang sama dengan hukum kasih yang pertama yaitu:

    Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri ( Matius 22: 39 ).

    Sesama di sini adalah tanpa pandang bulu, tidak di batasi oleh golongan, suku, agama, etnis, daerah, dsb. Maka Tuhan Yesus, memerintahkan kepada para pengikut-Nya untuk mengasihi mereka yang memusuhi mereka sekalipun, sebagai mana di nyatakan dalam ayat-ayat berikut:

    Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata mata dan gigi ganti gigi. Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang disorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allahpun berbuat demikian? Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu di sorga adalah sempurna ( Matius 5: 38-39,43-48).

    “Jikalau seorang berkata “Aku mengasihi Allah “, dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya. ( 1 Yohanes 4: 20 ).

    Dengan kata lain, umat Nasrani yang mengasihi sesamanya masih atas dasar golongan, suku, etnis, bangsa, dsb. belumlah benar-benar menjadi pengikut Yesus yang sebenarnya. Maka seyogianya jati diri seorang Nasrani yang beriman adalah kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama, dalam keadaan apapun, kapanpun, di manapun dan dengan alasan apapun.
    Yang dimaksudkan dengan kasih, manifestasinya dirumuskan sebagaimana dinyatakan dalam ayat-ayat beritut :

    Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama seperti gong yang berkumanadang dan canang yang gemerincing. Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna.
    Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikitpun tidak ada faedahnya bagiku.
    Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersuka cita karena ketidak adilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.
    Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap. Sebab pengetahuan kita tidak lengkap dan nubut kita tidak sempurna. Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih ( 1 Korintus 13: 1-7, 13 ).
  5. HUBUNGAN MANUSIA DENGAN ALAM SEKITARNYA
    Bumi yang didiami manusia hanya satu, dan bumi dengan segala isinya adalah rahim kehidupan manusia. Jika bumi sakit, apalagi sampai rusak atau hancur, maka rusaklah sumber kehidupan manusia, dengan kata lain umat manusia berada pada ambang kehancuran total, atau kepunahan.

    Dalam kitab Kejadian dikatakan bahwa:

    “Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik ( Kej 1: 31 ).

    Dengan demikian pada awal mula penciptaan, Allah melihat bumi ciptaan-Nya dengan segala isinya itu semuanya baik. Namun sejak manusia pertama Adam dan Hawa jatuh kedalam dosa, maka mulailah sejarah hidup manusia yang penuh dengan penderitaan. Untuk menyambung hiduppun, manusia harus bekerja keras sebagai mana dikatakan dalam kitab kejadian:

    “Dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu.” ( Kej 3:19 ).

    Bumi dengan segala isinya yang tadinya diciptakan Allah dalam keadaan sangat baik itu, berangsur-angsur menjadi rusak, sebagian besar karena ulah manusia itu sendiri. Dimana-mana terdapat lingkungan yang semakin rusak, hutan-hutan menjadi gundul, akibatnya sumber-sumber air menjadi kering, pada musim hujan terjadi bahaya banjir. Manusia terancam oleh bahaya kemiskinan, dan munculnya macam-macam penyakit yang sulit disembuhkan. Kedepan manusia berada pada ambang kepunahan seperti kepunahan binatang Dinosaurus.

    Dalam Kitab kejadian juga dikatakan bahwa manusia diciptakan sangat istimewa oleh Allah, yaitu menurut gambar Allah sendiri :

    “Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan dicptakan-Nya mereka.” (Kej 1: 27).

    Kesadaran manusia sebagai “gambar Allah”,”wakil Allah”,”pusat dunia” ini rupanya oleh kesombongan manusia telah menyeret manusia menjadi pengisap alam semesta, penguasa sewenang-wenang terhadap ciptaan lain. Kesadaran itu seharusnya mengundang manusia ikut serta mengatur, memelihara, menciptakan kembali dunianya. Tetapi ternyata, khususnya dalam abad ke-20 ini, manusia tidak menjalankan tugas ini dengan baik. “Keseimbangan lingkungan yang halus, dijungkir balikkan dengan menghancurkan secara membabi buta hidup binatang-binatang dan tumbuhan atau dengan menghabiskan sumber-sumber alam secara tak bertanggung jawab ,” kata Paus Yohanes Paulus II dalam Amanat bagi Hari Perdamaian Dunia, 8 Desember 1989 (Konferensi Wali Gereja Indonesia, 1996).


    Sumber-sumber alam, seperti minyak, logam, mineral, dihabiskan tanpa memikirkan masa depan. Produksi barang-barang kimia, seperti plastik, tetapi juga pestisida, meracuni alam dan memenuhi dunia dengan sampah yang bertimbun-timbun. Pencemaran oleh industri dan pupuk buatan merusak tanah, air dan juga udara. Segala macam obat untuk manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan, mempunyai aneka macam akibat samping yang tak terkendalikan. Energi atom dan terutama senjata-senjata nuklir merupakan ancaman terus-menerus bagi kehidupan dunia. Banyak tindakan manusia merubah struktur alam, tidak hanya di tempat yang bersangkutan tetapi di seluruh dunia, bahkan sering tanpa diketahui orang. Seluruh alam semesta, sampai lapisan ozon yang meliputi dunia, telah terkena pencemaran lingkungan. Malahan, tidak cukup menyebut hanya kerugian besar yang sudah dibuat terhadap lingkungan alam. Juga seharusnya memberi perhatian, dan malah lebih banyak, kepada apa yang setiap hari harus diderita oleh orang-orang karena segala macam pencemaran, makanan buatan atau yang berbahaya, lalu lintas yang tak terkendalikan yang membuat udara tidak sehat lagi (Konferensi Wali Gereja Indonesia, 1996).

    Manusia, yang menemukan kemampuannya untuk mengubah dan dalam arti tertentu menciptakan dunia dengan usahanya sendiri, lupa bahwa semua itu berdasarkan karya Allah yang sebelumnya secara dasariah menyediakan semua yang hal yang ada. Manusia mengira bahwa ia dapat memanfaatkan dunia semaunya, dengan menundukkannya tanpa batas pada kehendaknya sendiri; seolah-olah tidak ada syarat-syarat tertentu dan tujuan yang oleh Tuhan sendiri diletakkan di dalamnya, dan yang memang dapat dikembangkan oleh manusia, tetapi tidak boleh disangkal. Manusia tidak mau memainkan peranannya dengan bekerjasama dengan Allah, tetapi mau menduduki tempat Allah sendiri dan dengan demikian malah menimbulkan semacam pemberontakan pada pihak alam, yang lebih dijajah olehnya daripada diatur (Konferensi Wali Gereja Indonesia, 1996).

    Dalam Konggres International mengenai Ekologi, 25 Agustus 1990, Paus Yohanes Paulus II mengatakan bahwa :"Masalah lingkungan sekarang menjadi begitu luas, sehingga tidak hanya dituntut perhatian kita yang penuh, tetapi juga keterlibatan total, baik pada taraf ilmu maupun dalam keputusan politik. Penemuan kembali keseimbangan dalam lingkungan hanya dapat terjadi kalau mau kembali kepada pemahaman yang benar mengenai kuasa manusia atas alam (Konferensi Wali Gereja Indonesia, 1996). Sehubungan dengan itu, maka ada tiga hal yang harus menjadi perhatian oleh seluruh umat manusia, yaitu:
    1). Manusia tidak mungkin memakai seenaknya aneka macam makluk, entah hidup entah tidak - binatang, tumbuh-tumbuhan, bahan-bahan mentah - menurut kehendaknya sendiri, sesuai dengan kebutuhan ekonomis sendiri. Sebaliknya harus diperhitungkan kekhususan masing-masing dan hubungan timbal balik dalam suatu sistem tersusun, yang disebut 'kosmos".
    2). Perlu disadari bahwa sumber-sumber alam itu terbatas; dan ada yang tidak dapat diperbaharui lagi. Jika dipakai dengan merasa seolah-olah tidak dapat habis, dengan semacam penguasaan mutlak, maka akan ada bahaya sungguh-sungguh bahwa tidak lagi tersedia, bukan hanya untuk angkatan ini, tetapi terutama untuk angkatan-angkatan yang akan datang.
    3). Perlu menyadari bahwa akibat langsung atau tidak langsung dari Industri, yang semakin kerap terjadi, ialah pencemaran lingkungan, dengan konsekwensi berat untuk kesehatan masyarakat.
  6. PERANAN MANUSIA DALAM MEMELIHARA DAN MELESTARIKAN LINGKUNGAN HIDUP

    Selain manusia diciptakan sangat istimewa oleh Allah, yaitu menurut gambar Allah sendiri, sebagaimana dikemukakan di atas, manusia juga disuruh untuk beranak cucu dan bertambah banyak serta menaklukkan bumi, sebagaimana dinyatakan dalam Kitab Kejadian :

    Dengan demikian selain manusia diminta untuk beranak cucu, tetapi juga untuk menaklukkan bumi, dalam pengertian untuk mengelola bumi dengan segala isinya bagi kesejahteraan umat manusia itu sendiri.

    Dengan akal budinya, manusia dapat merencanakan sesuatu, melaksanakan, dan mengevaluasi hasil pelaksanaan, serta menetapkan langkah-langkah perbaikan. Manusia juga diberi kemampuan oleh Allah untuk memelihara bumi dengan segala isinya. Dengan demikian manusia adalah rekan sekerja Allah. Ini merupakan suatu kehormatan luar biasa bagi manusia untuk ikut serta dalam perbaikan dan pembaharuan dunia ke arah keadaan yang lebih baik.

    Di dunia ini terdapat manusia yang tergolong mampu ( keuangan, pendidikan dan kekuasaan ), dan ada pula yang tergolong tidak mampu. Tanggung jawab pemeliharaan alam dengan segala isinya adalah tanggung jawab semua orang. Akan tetapi orang yang tidak memiliki kemampuan apa-apa, disuruh seperti apapun, tidak akan dapat berbuat sesuatu apapun. Oleh karena itu, agar supaya semua orang dapat berperan serta secara optimal dalam memelihara dan melestarikan alam, maka setiap orang harus diberdayakan sehingga memiliki kemampuan. Sebab orang hanya dapat melakukan sesuatu dengan apa yang dimilkinya. Karenanya, yang kuat harus membantu memberdayakan yang lemah, yang kaya harus membantu memberdayakan yang miskin, dan yang cerdas harus membantu memberdayakan yang kurang cerdas. Memberdayakan dapat dilakukan dengan pelatihan dan pendidikan, memberikan modal usaha, membukakan lapangan kerja, dan melakukan bimbingan. Perlu disadari bahwa kesalingtergantungan jauh lebih tinggi nilainya dari pada kemandirian. Secara sendiri-sendiri saja, pasir, semen, besi beton, kapur, air, tidak mempunyai kekuatan. Tetapi bila digabung, akan memiliki kekuatan yang luar biasa yang mampu menopang gedung bertingkat 50-an sekalipun. Maka, agar supaya manusia dapat bermanfaat secara optimal dalam memelihara dan melestarikan bumi, manusia itu harus mau berkerja sama secara adil dan tulus dengan sesamanya tanpa memandang, golongan, agama, etnis dan status. Tiap-tiap orang harus harus saling memberi bermanfaat bagi sesamanya.

    Jika yang kuat tidak peduli untuk memberdayakan yang lemah, maka akan terus terjadi ketimpangan yang semakin mencolok dalam penguasaan sumber daya alam dan kehidupan, akibatnya masyarakat yang termargilkan dan telah terdesak oleh kebutuhan hidup sehari-hari, demi memenuhi kebutuhan hidupnya, akan mulai merusak alam lingkungannya seperti membabat dan membakar hutan lindung, melakukan perampokan, pencurian, serta mudah diprovokasi untuk melakukan kerusuhan dan penjarahan, dan segala macam tindakan pengrusakan yang lain. Pada gilirannya, orang-orang yang tadinya memiliki kemampuan, secara langsung ataupun tidak langsung pasti akan mengalami akibat ataupun dampaknya juga.

    Firman Tuhan sebagaimana ditulis dalam Surat Rasul Yakobus telah mengingatkan orang-orang mampu dalam hal ini orang-orang kaya yang tidak memperhatikan nasib kaum buruh miskin bahwa mereka sendiri akan mengalami penderitaan akibat ulah perbuatan mereka yang hanya mementingkan diri sendiri :

    "Jadi sekarang hai kamu orang-orang kaya, menangislah dan merataplah atas sengsara yang akan menimpa kamu ! Kekayaanmu sudah busuk, dan pakaianmu telah dimakan ngengat! Emas dan perakmu sudah berkarat, dan karatnya akan menjadi kesaksian terhadap kamu dan akan memakan dagingmu seperti api. Kamu telah mengumpulkan harta pada hari-hari yang sedang berakhir. Sesungguhnya telah terdengar teriakan besar, karena upah yang kamu tahan dari buruh yang telah menuai hasil ladangmu, dan telah sampai ketelinga Tuhan semesta alam keluhan mereka yang menyabit panenmu. Dalam kemewahan kamu telah hidup dan berfoya-foya di bumi, kamu telah memuaskan hatimu sama seperti pada hari penyembelihan. Kamu telah menghukum, bahkan membunuh orang yang benar dan ia tidak dapat melawan kamu." ( Yak 5: 1-6).
  7. KESIMPULAN
    1. Manusia adalah makluk ciptaan Tuhan yang paling mulia dan paling sempurna dibandingkan dengan makluk ciptaan Tuhan yang lain.
    2. Manusia diciptakan dengan tujuan untuk menyembah, memuji dan memuliakan Tuhan; beranak cucu untuk penuhi muka bumi dan menaklukkannya.
    3. Sebelum manusia jatuh dalam dosa, manusia mempunyai hubungan yang dekat sekali dengan Tuhan.Dalam kedaan dekat dengan Tuhan, manusia mengalami kebahgiaan dan damai sejahtera. Akan tetapi walaupun manusia telah jatuh dalam dosa, Tuhan tetap mengasihi manusia, dan menginginkan hubungan yang akrab dengan manusia seperti sebelum manusia jatuh dalam dosa, melalui pertobatan mereka dari dosa-dosanya. Kepada pihak manusia, Tuhan menetapkan hukum kasih-Nya yaitu : “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu, dan dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.”( Matius 22: 37-38).
    4. Kaitan dengan hubungan sesamanya, Tuhan menetapkan hukum agar manusia harus mengasihi sesamanya sama seperti mereka mengasihi dirinya sendiri. Sesama yang dimaksud di sini adalah semua orang tanpa dibatasi oleh golongan, agama, suku, dan etnis.
    5. Kaitannya dengan lingkungannya, manusia diberi kuasa oleh Tuhan untuk menaklukkannya. Menaklukkan di sini bukan artinya menghancurkannya, melainkan memelihara dan melestarikannya demi keselamatan umat manusia itu sendiri. Akar permasalahan dari kerusakan lingkungan hidup adalah karena kesombongan, keserakahan dan krisis iman umat manusia. Lingkungan hidup yang sedang mengalami ancaman kerusakan serius, perlu kepedulian manusia untuk memelihara dan melestarikannya. Tanpa kecuali, semua orang bertanggung jawab terhadap pemeliharaan dan pelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup.

Tidak ada komentar: