Rabu, 19 Maret 2008

PLURALISME DALAM PERSPEKTIF AGAMA KATOLIK*)

Pendahuluan

Salah satu kenyataan yang baru di dunia modern yang menjadi begitu jelas adalah pluralitas agama di dunia, dan bahwa sangat tidak masuk akal kalau orang mengharapkan bahwa pernah semua orang akan bersatu dalam satu agama. Yang juga disadari sepenuhnya adalah betapa agama-agama masing-masing bagi penganutnya menjadi penghubung dengan alam transenden. Gereja menyadari bahwa mayoritas besar umat manusia mempunyai agamanya sendiri dan merasa mantap didalamnya. Atas dasar itu Konsili Vatikan II di Roma, yang dihadiri hampir 3000 uskup merefleksikan kembali imannya.

Secara lebih tegas, dalam Konsili Vatikan II itu, Gereja Katolik dengan resmi menjelaskan imannya dalam empat hal:
1. Orang di luar Gereja Katolik pun dapat diselamatkan (masuk surga), apabila mereka hidup menurut suara hati mereka; mereka pun diselamatkan karena rahmat Yesus Kristus (Lumen Gentium 16).
2. Agama-agama bukan kristiani: Hinduisme, Buddhisme, Islam dan Yahudi, harus dihormati dan diakui segala apa “yang benar dan suci” di dalam agama-agama itu (Nostra Aetate). Khususnya tentang agama Islam ada sebuah alinea panjang yang menunjukkan pada hal-hal yang dapat dipelajari oleh orang-orang Kristen dari orang Islam.
3. Konsili merumuskan kembali kewajiban Gereja untuk memaklumkan Injil ke seluruh dunia (dalam “Ad Gentes”), dengan sekaligus “Melarang segala cara yang tidak wajar” (no 13).
4. Dalam “Dignitatis Humanae” Gereja mengakui hak atas kebebasan beragama dengan sekaligus menegaskan bahwa kebebasan itu jangan disalahgunakan untuk mencari penganut dari agama lain.

Pluralisme agama-agama?

Ya dalam arti bahwa agama-agama dan tradisi-tradisi religius lain mendapat pengalaman-pengalaman sungguh-sungguh tentang Allah, bahwa mereka tidak jauh dari Allah.
Akan tetapi tidak apabila pluralisme menyangkal bahwa menurut iman kristiani kepenuhan Allah secara definitif masuk ke sejarah umat manusia dalam Yesus, si orang Yahudi yang hidup 2000 tahun lalu di Palestina.

*). Makalah disampaikan dalam acara Perkemahan Pemuda, Mahasiswa dan LSM Lintas Agama Provinsi Nusa Tenggara Barat di Mataram, 23-26 Juni 2006.
**). Mewakili Dekenat NTB.
Barangkali dapat dikatakan begini: Banyak orang dapat berjalan dijalan di mana mereka dibimbing dari dalam oleh Roh Allah, dan itu tidak hanya berlaku bagi mereka yang telah dibabtis, tetapi bagi yang lain-lain juga, dan sebaliknya bagi orang yang telah dibabtis tetap selalu masih berada dalam bahaya keluar dari jalan yang benar.

Konsili vatikan II tidak hanya menuntut agar kesadaran religius orang lain dihormati, tetapi juga menyatakan hormat terhadap agama-agama lain itu. Artinya, Gereja juga mengakui agama-agama lain sebagai bernilai di mata Tuhan. Jadi, tidak hanya dikatakan, “Silahkan beragama menurut hati Anda apa pun isinya”, melainkan agama-agama lain itu sendiri dilihat secara positip. Maka kita dapat berdialog dengan penganut agama lain, kita dapat belajar sesuatu dari mereka.

Adalah sombong dan buruk menilai semua agama dan keyakinan religius yang lain itu sebagai salah.Yesus melarang dengan keras menilai kualitas religius orang lain(Mat 5:22). Roh Allah tidak hanya bertiup di ruang Gereja (dan disitupun tidak selalu dan di mana-mana). Rahmat Allah tidak mengenal batas.

Kerajaan Allah bekerja dimana-mana dan pasti terutama dalam agama-agama. Akan tetapi, mengakui bahwa dalam agama-agama lain juga ada pengalaman sejati akan Allah dan ibadat sejati tidak mengimplikasikan relatitivisme religius. Apabila saya betul-betul percaya, berarti saya betul-betul yakin akan apa yang saya percaya.

Toleransi

Kita baru dapat bicara tentang toleransi apabila kita bersedia untuk menerima dan mengakui pluralitas. Artinya, menerima perbedaan. Toleransi berani menerima saudara, atau kelompok saudara, meskipun pandangan, kepercayaan, dan keyakinannya berbeda. Toleransi berarti menerima orang atau kelompok orang lain dalam kekhasannya, dalam perbedaan.

Orang baru toleran apabila ia tidak dapat mengikuti (seluruh) keyakinan saudaranya dan ia tetap menerimanya dengan baik dan hormat. Kemampuan untuk menghormati yang berbeda, yang tidak mungkin kita yakini, itulah yang namanya toleransi.

Toleransi yang bermutu adalah kesediaan untuk mengakui sepenuhnya harkat kemanusiaan, hak-hak asasi, kedudukan utuh sebagai warga negara, dan partisipasi dalam kehidupan masyarakat saudara-saudara yang berlainan keyakinan agamanya.

Toleransi positif dengan senang dan gembira menerima bahwa setiap orang adalah dirinya sendiri. Jadi menghormati kelompok-kelompok orang lain dalam identitas mereka, termasuk juga keyakinan dan nilia-nilai mereka. Maka toleransi justru tidak berarti mengatakan bahwa kita pada hakikatnya sama pendapatnya! Toleransi yang benar menuntut agar pihak lain diakui dalam keberlainannya.

Toleransi religius berarti bahwa orang lain dan keyakinan-keyakinan religiusnya dihormati juga kalau kita tidak berkeyakinan begitu. Kalau toh mempercayai yang sama toleransi tak perlu lagi. Justru saudara-saudara muslim memahami sikap ini. Mereka tidak suka dengan ucapan “semua agama sama saja.”

Perdebatan Yang Sia-Sia

Perdebatan tentang agama manakah yang paling benar adalah perdebatan yang sia-sia. Dalam rangka menciptakan kerukunan hidup antar umat beragama, diperlukan pengakuan bahwa bahwa pluralisme agama-agama itu fakta, dan bahwa toleransi religius itu suatu kebutuhan. Berikut disampaikan ilustrasi tentang perdebatan yang sia-sia dengan judul “Tuhanmu bukan Tuhanku”, yang pernah saya terima dalam bentuk suatu surat elektronit. Barangkali perlu disimak dan diambil hikmahnya.

Tuhanmu Bukan Tuhanku==========================Tuhanmu, ya TuhanmuTuhanku, ya TuhankuTuhanmu berbeda dengan Tuhankumenurutmu, Tuhanku bukan Tuhanmenurutku, Tuhanmu bukan TuhanTuhanmu menciptakan agama yang kamu anutTuhanku menciptakan agama yang aku anutagamamu, ya agamamuagamaku, ya agamakumenurutmu, aku ini kafirmenurutku, kamu itu kafirTuhanmu menciptakan surga untukmuTuhanku menciptakan surga untukkusurga buatan Tuhanmu bukan untukkusurga buatan Tuhanku bukan untukmuTuhanmu menciptakan nerakakatamu, neraka buatan Tuhanmu itu untukkuTuhanku juga menciptakan nerakakarena neraka buatan Tuhanku itu untukmutapi kamu berteriak, "kau harus percaya pada Tuhanku,agar tak dibuang ke dalam neraka jahanam buatan Tuhanku!"aku pun berteriak, "kau yang harus mengakui Tuhanku,agar tak disiksa habis-habisan dalam neraka buatan Tuhanku!""goblok!" bentakmu. "menurut agamaku, Tuhanmu itu hantu!""bodoh!" sergahku. "menurut agamaku, justru Tuhanmu itu hantu!""biadab!" umpatmu. "kau menghujat Tuhanku!""bedebah!" makiku. "kau menghujat Tuhanku!"maka kamu dan aku saling naik pitam, saling mencabut parangsaling menyerang hingga parang bersarang dalam erang kesakitankamu matiaku juga matikamu menghadap Tuhanmuaku menghadap Tuhankudi langit Tuhanmu dan Tuhanku mengadakan pertemuankarena Tuhanmu tidak rela menerima kematianmudan Tuhanku pun tidak rela menerima kematiankupertemuan menjadi debat tanpa bataskesabaran Tuhanmu habiskesabaran Tuhanku juga demikianlantas Tuhanmu berkelahi dengan Tuhankuperkelahian seru dari dendam kesumat purbalangit bergemuruhhalilintar runtuhdi bumi, anakmu bilang, "wah Tuhanku marah."anakku pun bilang, "Tuhanku-lah yang marah.""goblok!" bentak anakmu. "Tuhanku marah, gara-gara kautidak mau menyembah Tuhanku, bertobat dari kafirmu lalu masuk agamaku!""bodoh!" balas anakku. "Tuhankulah yang marah,gara-gara kau tidak mau menyembah Tuhanku, bertobat dari kafirmu lalu masuk agamaku!""biadab!" umpat anakmu. "kau menghina agamaku!""bedebah!" maki anakku. "kau menghina agamaku!"maka anakmu dan anakku saling bersitegang, saling mencabut parangsaling menyerang hingga parang bersarang dalam erangkesakitananakmu matianakku juga matianakmu menghadap Tuhanmuanakku menghadap Tuhankudi langit Tuhanmu dan Tuhanku mengadakan pertemuan lagikarena Tuhanmu tidak ikhlas menerima kematian anakmudan Tuhanku pun tidak ikhlas menerima kematian anakkupertemuan kembali menjadi debat tanpa bataskesabaran Tuhanmu habiskesabaran Tuhanku juga begitulantas Tuhanmu berkelahi lagi dengan Tuhankuperkelahian seru dari dendam kesumat purbalangit bergemuruhhalilintar runtuhdi bumi, cucumu bilang, "wah Tuhanku murka, sebab iamembenci adanya orang-orang kafir semacam kau!"cucuku pun bilang, "Tuhanku-lah yang murka, sebab iamembenci adanya orang-orang kafir semacam kau!"lantas, lagi-lagi saling tebassama-sama nyawa lepasdi suatu tempat, iblis, setan, ruh jahat dan sesamanya berkumpulmelingkari meja, menyaksikan semua mereka tertawa terbahak-bahak sambil menikmati perjamuan "sesungguhnya, kita tahu siapa Tuhan yang sebenarnya itu," kata mereka!


Penutup

Saya mengajak anda semua sebagai generasi muda penerus nusa dan bangsa, mari kita membangun dunia yang lebih baik dari dunia yang didiami oleh para orang tua dan leluhur kita yaitu dunia yang lebih damai, dan lebih rukun. Dunia yang penuh dengan toleransi dan persaudaraan sejati. Toleransi positif atas dasar pengakuan dan penerimaan adanya pluralitas agama, dan persaudaraan sejati atas dasar cinta kasih.

Mari kita ambil hikmah peristiwa korban gempa bumi di daerah Aceh, Yogyakarta, dan akhir-akhir ini korban tanah longsor di Sulawesi Selatan dan gempa bumi di Lampung. Siapa saja diantara kita yang mengalami musibah, kenyataannya tidak dapat menolong dirinya sendiri, tetapi oleh sesamanya, dan bahkan justru ditolong oleh sesama manusia yang bebeda suku, bangsa, agama, dan ras dengan kita. KALAU BEGITU APA YANG KITA MAU SOMBONGKAN?

------------------------ // -------------------------------

1 komentar:

Petra mengatakan...

maaf sebelumnya...
kalau menurut saya apa yang anda kemukakan itu adalah PLURALITAS yang tentunya memiliki arti berbeda dengan PLURALISME.